PasarMalam Sriwedari, Solo
Di tengah lampu aneka warna,
balon mainan bundar-bundar.
rok-rok pesta warna,
dan wajah-wajah tanpa jiwa,
kita jagal sendiri hati kita,
setelah telinga jadi pekak
dan mulut terlalu banyak tertawa
dalam dusta yang murah
dan bujukan yang hampa.
Mencubiti pantat wanita
tidak membuat kita tambah dewasa.
Dilindugi bayangan tenda-tenda
kita menutup malu kita
dengan kenakalan tanpa guna.
Tempat ini sangat bising, dan bising sekali.
Gong, gendang, gitar, dan biola,
terkacau dalam sebuah luka
Ayolah !
Anda sedang menertawakan dunia,
ataukah dunia sedang menertawakan anda?
Lets enjoy :)
Sunday, February 9, 2014
Sungai Moskwa - WS Rendra
Sungai Moskwa
Di hari Minggu
Valya tertawa
dan rambutnya yang pirang
terberai.
Di atas biduk yang kecil merah
kami tempuh air
melewatkan jam-jam yang kosong.
Berpuluh pohonan
tumbuh di dua tepi sungai
bagai jumlahnya dosa kami.
Semua daun
berubah warna.
Musim gugur telah tiba.
Di atas air yang hijau
kami meluncur
diikuti bayang-bayang yang kabur.
Melewati lengkungan jembatan.
bagai melewati lengkungan kekosongan.
Musim gugur sudah tiba.
Valya tertawa
dadanya terguncang
di dalam sweaternya.
Musim gugur sudah tiba.
Di hari Minggu
Valya tertawa
dan rambutnya yang pirang
terberai.
Di atas biduk yang kecil merah
kami tempuh air
melewatkan jam-jam yang kosong.
Berpuluh pohonan
tumbuh di dua tepi sungai
bagai jumlahnya dosa kami.
Semua daun
berubah warna.
Musim gugur telah tiba.
Di atas air yang hijau
kami meluncur
diikuti bayang-bayang yang kabur.
Melewati lengkungan jembatan.
bagai melewati lengkungan kekosongan.
Musim gugur sudah tiba.
Valya tertawa
dadanya terguncang
di dalam sweaternya.
Musim gugur sudah tiba.
Christian Perri - A Thousand Year ( Piano-Cello Cover ) The Piano Guys
Cara Mudah Terbaru Download Video di Youtube Tanpa Software IDM, Keepvid
Cara download video di Youtube.
Belakangan ini banyak yang terkenal dari sebuah website yang menampung video-video bernama Youtube. Banyak yang menjadi artis dadakan tiba-tiba terkenal hanya dalam waktu singkat melalui video yang diunggahnya ke situs Youtube.
Nah mungkin anda menyukai salah satu video tersebut, kemudian mengalami kebingungan saat anda ingin mendownloadnya, maka saya akan memberi tahu cara yang mudah download video di youtube tanpa perlu capek-capek menginstall software seperti Internet Download Manager.
Sumber : http://www.cheatgame4u.com/2012/09/cara-mudah-download-video-youtube-tanpa-softwareidm-keepvid-baru.html
Belakangan ini banyak yang terkenal dari sebuah website yang menampung video-video bernama Youtube. Banyak yang menjadi artis dadakan tiba-tiba terkenal hanya dalam waktu singkat melalui video yang diunggahnya ke situs Youtube.
Nah mungkin anda menyukai salah satu video tersebut, kemudian mengalami kebingungan saat anda ingin mendownloadnya, maka saya akan memberi tahu cara yang mudah download video di youtube tanpa perlu capek-capek menginstall software seperti Internet Download Manager.
Cara Mendownload Video di Youtube Terbaru
- Silahkan anda masuk/buka youtube.com atau rapidshare,kemudian pilih video atau file yang anda inginkan untuk didownload.
- Setelah anda menemukan Video yang cocok untuk didownload,kemudia copy address url video tersebut (tanpa http://).
- Setelah anda copy link/url video tadi silahkan buka,Halaman Download Youtube atau (klik disini).Kemudian pastekan Url Videonya disana dan klik “Download Now”.
- Kemudian anda pilih format video yang anda inginkan,misalnya 3Gp,MP4,Flv dll.Nanti secara otomatis akan terbuka panel download untuk menyimpan file anda.
Sumber : http://www.cheatgame4u.com/2012/09/cara-mudah-download-video-youtube-tanpa-softwareidm-keepvid-baru.html
Friday, February 7, 2014
Masih Tetap Sama
Masih tetap sama
Memandang langit tanpa tiang
Mendengar bisikan-bisikan binatang malam
Menikmati suasana sepi
Masih tetap sama
Menghirup udara segar di pagi hari
Tersenyum bersama mentari
Ikut bernyanyi bersama kenari
Bunyi Kardinal dan Nonkardinal
Bunyi
kardinal adalah bunyi utama, bunyi ideal, bunyi yang seharusnya ( bunyi vokal
).
Bunyi nonkardinal adalah bunyi yang mengikuti bunyi kardinal ( bunyi konsonan ). Dan
biasanya tanda bunyi nonkardinal ditulis di atas.
Adapun
beberapa proses bunyi untuk non kardinal diantaranya :
- Aspirasi ( bunyi beraspiran ) yaitu penambahan bunyi (...h ) dalam bunyi kardinal.
Contoh :
Sayah = [ sayah ]
Stop = [ stoph
]
Dag dig dug = [ dagh ] [ digh ] [ dugh ].
2. Nonkontigu ( bunyi ini ada dalam bahasa Arab, dibacanya
seperti Qolqolah ) yaitu penambahan bunyi
(...=) dalam bunyi kardinal.
Contoh : Hebat = [ hebat= ].
*Biasanya nonkontigu ini digunakan dalam hambatan
plosif. Plosif yaitu penuh, contohnya : [ b,d,g,p,
t,?].
3. Palatalisasi yaitu penambahan bunyi (...y ).
Contoh : Dia = [ diya ].
4. Labialisasi yaitu penambahan bunyi di labial (...w.. ...y.. ).
Contoh : Pantai = [ pantay ]
Suara = [ suwara ]
Pulau = [ pulaw ]
5. Vokalisasi yaitu penambahan bunyi (...∂.. ).
Contoh : Sastra = [ sast∂ra ]
Mas = [ ∂mas ].
6. Nasalisasi yaitu penambahan bunyi (...˜.. ).
Contoh : Saat = [ sa? ˜at ]
*Biasanya terjadi pada huruf vokal (
a,i,u,e,o ).
7. Glotalisasi yaitu penambahan bunyi (?... ...?
..?.. ).
Contoh : Soal = [ so?al ].
8. Retrofleksi yaitu penambahan bunyi (...s ).
Contoh : Hebat = [ hebats ].
Wednesday, February 5, 2014
Pesan Untuk Indonesia
Setiap hari, setiap waktu, setiap jam, maupun setiap detik bencana dan musibah selalu menghampiri kita. Itulah kehidupan. Dimana ada kedamaian dan ketentraman maka di sana akan ada kehancuran layaknya musibah. Dalam keadaan sekarang apalagi di tahun 2014 ini, banyak sekali berita-berita yang menyiarkan berbagai macam musibah dibelahan bumi Indonesia maupun luar negeri. Mulai dari banjir bandang ( Manado ), letusan gunung berapi ( Karo, Sumatera Utara ), banjir ( Ibu Kota, Jakarta ). Semoga mereka yang dilanda musibah selalu tetap bersabar dan bertawakal kepada Alloh. Apabila ada sebab pasti akan ada akibatnya, layaknya hukum gaya di bidang fisika " Sebab-Akibat ". Penyebab dari datangnya musibah-musibah ini bisa diakibatkan oleh ulah tangan-tangan manusia yang jahil dan tidak berotak ataupun dari Atas. Akibat dari ulah tangan-tangan manusia yang jahil itu seperti : Membuang sampah sembarangan, baik itu di jalan, selokan, bahkan di sungai. Banyak dari mereka yang membuang sampah itu ke sungai, banyak sekali berbagai macam sampah di sana, ada sampah-sampah organik maupun non organik, sampah limbah rumah tangga, bahkan perabotan rumah tangga pun ada di sana. Sungguh, mereka tidak pernah sama sekali berpikir apa akibat dari membuang sampah sembarangan yang terus-terusan saja dilakukan padahal itu adalah awal dari sebuah bencana yaitu banjir. Apabila mereka mengerti dan tahu arti dari membuang sampah itu maka tidak akan ada hal yang terjadi yang bernama banjir.
Tolong, pekakanlah pikiran dan hati kalian. Bumi ini bukan hanya milik kalian saja, tetapi milik kita bersama, maka harus dirawat dengan sebaik-baiknya karena bumi ini pun titipan dari Alloh Swt. Kita tidak boleh mengecewakan-Nya, karena jika kita sampai kepada level mengecewakan maka akan ada balasan yang sama setimpalnya untuk kita.
Sadarlah akan titipan kalian yang hanya sementara ini. Jagalah dengan sebaik-baiknya bukan untuk dirusak seburuk-buruknya.
Tolong, pekakanlah pikiran dan hati kalian. Bumi ini bukan hanya milik kalian saja, tetapi milik kita bersama, maka harus dirawat dengan sebaik-baiknya karena bumi ini pun titipan dari Alloh Swt. Kita tidak boleh mengecewakan-Nya, karena jika kita sampai kepada level mengecewakan maka akan ada balasan yang sama setimpalnya untuk kita.
Sadarlah akan titipan kalian yang hanya sementara ini. Jagalah dengan sebaik-baiknya bukan untuk dirusak seburuk-buruknya.
Alat Ucap Manusia
Bahasa adalah sistem lambang bunyi bahasa manusia yang mempunyai makna dengan ciri-ciri arbitrer ( manasuka ), konvensial ( sudah menjadi persetujuan ), universal, unik, dinamis, produktif, dan variatif sebagai alat komunikasi sehingga membentuk identitas diri.
Fonologi terbagi atas 2, yaitu :
Bagan Alat Ucap Manusia
Keterangan :
1. Labium ( bibir )
2. Dentum ( gigi )
3-5. Alveolum
6-7. Palatum ( langit-langit keras )
8. Velum ( langit-langit lunak )
9. Uvula ( anak tekak )
10. Faring
11. Glotis ( tempat beradanya pita suara )
12. Epiglot
13. Radiks ( akar lidah )
14. Dorsum ( pangkal lidah )
15. Medium ( tengah lidah )
16. Lamina ( daun lidah )
17-18. Apeks ( ujung lidah )
Istilah Dalam Alat Ucap Manusia
Fonologi terbagi atas 2, yaitu :
- Fonetik adalah cabang fonologi yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa dan bagaimana itu dihasilkan oleh manusia.
- Fonetik Artikulatoris ( Fonetik Organis ) yaitu berbicara dengan mulut dan menghasilkan bunyi dari dalam keluar ( egresif ) atau dari keluar ke dalam ( ingresif ). Suara ingresif ini biasanya hanya ditemukan di Afrika.
- Fonetik Akustik
- Fonetik Auditoris yaitu berbicara dengan mulut dan adanya gelombang-gelombang menuju ke telinga sehingga menghasilkan bunyi.
Bagan Alat Ucap Manusia
Keterangan :
1. Labium ( bibir )
2. Dentum ( gigi )
3-5. Alveolum
6-7. Palatum ( langit-langit keras )
8. Velum ( langit-langit lunak )
9. Uvula ( anak tekak )
10. Faring
11. Glotis ( tempat beradanya pita suara )
12. Epiglot
13. Radiks ( akar lidah )
14. Dorsum ( pangkal lidah )
15. Medium ( tengah lidah )
16. Lamina ( daun lidah )
17-18. Apeks ( ujung lidah )
Istilah Dalam Alat Ucap Manusia
- Daerah artikulasi : Daerah yang menghasilkan bunyi
- Artikulator : Alat ucap manusia yang aktif ( bagian mulut bawah )
- Titik artikulasi : Alat ucap manusia yang pasif ( bagian mulut atas )
Sinopsis Novel Ziarah - Iwan Simatupang
Judul : ZIARAH
Pengarang : Iwan Simatupang
Penerbit : Djambatan
Tebal : 148 Halaman
Sinopsis
Pengarang : Iwan Simatupang
Penerbit : Djambatan
Tebal : 148 Halaman
Sinopsis
Novel Ziarah karya Iwan Simatupang adalah novel yang menceritakan seorang pelukis terkenal seantero negeri yang dibuat terkapar tidak berdaya alias
shock dan trauma setelah ditinggal mati istrinya yang sangat dia
cintai. Istri yang dia kawini dalam perkawinan secara tiba-tiba. Suatu
ketika pelukis mencoba bunuh diri karena ketenaran karya lukisnya yang
memikat semua orang dijagat bumi ini mengakibatkan ia memiliki banyak
uang dan membuat dia bingung. Karena kebingungannya ini sang pelukis
berniat bunuh diri dari lantai hotel dan
ketika terjun dia menimpa seorang gadis cantik. Dan tanpa diduga pula
sang pelukis langsung mengadakan hubungan jasmani dengan si gadis
diatas jalan raya. Hal ini membuat orang-orang histeris dan akhirnya
seorang brigadier polisi membawa mereka ke kantor catatan sipil dan
mengawinkan mereka. Hidup bahagia bersama sang istri membuat pelukis benar-benar kehilangan. Apalagi setelah dia
tahu bahwa istrinya mati karena telah melihat ibu kandung ada bersama
gerombolan nona-nona tua yang menyaksikan kebahagiaan mereka saat hidup
dalam gubuk tepi laut. Pelukis pun langsung pergi ke kantor sipil guna
mengurusi penguburan istrinya tetapi tak ada tanggapan positif dari
pengusaha penguburan. Itu terjadi karena pelukis tak tahu apa-apa
tentang istrinya. Yang dia tahu hanyalah kecintaan pada
istrinya. Sehingga mayat istrinya terkatung-katung karena tak memiliki
surat penguburan yang syah. Pelukis pun menghilang ketika dicari
walikota (merupakan walikota kedua dalam novel ini,dia
adalah wakil walikota yang diangkat menjadi walikota setelah walikota
pertama gantung diri karena tak bisa memecahkan masalah mengundang
pelukis saat akan ada kunjungan tamu asing) yang ikut menghadiri penguburan istri pelukis.
Sampai
akhirnya pengusaha penguburan itu menyesali perbuatannya dan dengan
keputusan walikota akhirnya mayat istri pelukis dikuburkan. Sampai
penguburan usai pelukis tak kelihatan. Saat kembali ke gubuknya dia
melihat wanita tua kecil. Tak tahu itu siapa, ternyata adalah ibu kandung
dari si gadis. Bercerita panjang tentang masa lalunya yang suram dan
sampai saat terakhir dia bertatapan dengan anaknya yang justru membuat
delima bagi si anak. Lalu pergi sambil menangis. Dan sesaat kemudian
pelukis ada dalam gubuknya,memandangi keadaan sekitar yang penuh
karangan bunga, membakarnya sampai habis. Hingga tersisa beberapa yang ia
bawa ke kuburan istrinya. Ia titipkan karangan bunga pada centeng
perkuburan. Ziarah tanpa melihat makam istrinya. Setelah
itu hidup pelukis semakin tak tentu arah. Ia seolah tak pernah percaya
bahwa istrinya telah mati. Pagi harinya hanya digunakan untuk menunggu
istrinya ditikungan entah tikungan mana dan malam harinya dituangkan
arak keperutnya, memanggil Tuhannya, meneriakkan nama istrinya, menangis
dan kemudian tertawa keras-keras.
Hingga
akhirnya datang opseter perkuburan yang meminta dia mengapur tembok
perkuburan kota praja yang sebelumnya telah berbekas pamplet-pamplet
polisi bahwa dia dicari. Pelukis
menerima tawaran itu dan esoknya ia mulai bekerja mengapur tembok
perkuburan kotapraja itu 5 jam berturut-turut tiap harinya, sedangkan opseter perkuburan mengintip dari rumah dinasnya. Pekerjaan baru pelukis
ini membawa perubahan tingkah laku pelukis sehingga membuat seluruh
negeri geger. Hingga walikota akan memberhentikan opseter
perkuburan. Tetapi ketika mengantar surat pemberhentian kerja
itu, walikota malah mati sendiri karena kata-kata opseter tentang
proporsi. Sebelumnya juga pernah terjadi kekacauan di negeri karena opseter pekuburan memakai rasionalisme dalam kerjanya dan hanya memberi
instruksi kerja pada selembar kertas pada pegawainya. Setelah
beberapa hari pelukis mengapur tembok perkuburan pada suatu hari dia
bergegas pulang sebelum 5 jam berturut-turut. Opseter perkuburan heran
kemudian mendatanginya dan ternyata pelukis ingin berhenti
bekerja. Opseter kebingungan tetapi pelukis menjelaskan bahwa dia tahu
maksud opseter memperkerjakannya. Bahwa selain untuk kepentingan opseter
sendiri, opseter ingin pelukis menziarahi istrinya yang sudah tiada
itu. Keesokan harinya, opseter ditemukan gantung diri. Pekuburan
geger, tetapi hanya sedikit sekali empati dari pegawai-pegawai
pekuburan. Maklum mereka hanya mengenal opseter lewat instruksi kerjanya
saja tanpa pernah bertemu dan mengenalnya. Penguburan opseter
berlangsung cepat. Setelah penguburan, Pelukis bertemu Maha guru dari opseter yang kemudian menceritakan riwayat Opseter.
Diakhir
cerita, pelukis akhirnya pergi ke balai kota melamar menjadi opseter pekuburan untuk ziarah yang terus-menerus pada mayat-mayat manusia, pada
mayat istrinya.
Indahnya Bersyukur
Saat kau merasakan kegelisahan dan kesedihan dalam hidup, terkadang kau akan melakukan sesuatu yang aneh dan pastinya tidak rasional karena pada saat itu hati yang sedang gelisah akan membuat semuanya menjadi kacau dan tidak teratur, sebab hati merupakan organ atau penggerak terbesar dalam tubuh kita. Namun, jika tidak diiringi dengan pikiran yang sehat maka semuanya akan kacau. Sehingga hati kita harus ditata terlebih dahulu agar tidak menimbulkan hal kegelisahan dan berakhirdengan tragis, misalnya bunuh diri dan lain sebagainya.
Maka dari itu, jika kita memiliki hati yang bersih dan suci maka pikiran kita pun akan bertindak secara baik dan tidak keluar dari batasnya. Karena hati adalah penggerak terbesar dalam tubuh kita. Jika kita ingin meraih kebahagiaan di dunia ini kita harus selalu bahagia dan mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Alloh Swt. Dosen saya pernah mengatakan bahwa : " Apabila kita ingin hidup bahagia di dunia, kita harus selalu bersyukur dan menikmati setiap kehidupan yang kita punya yang telah diberikan oleh Alloh maka kita pun akan merasa cepat sekali hidup di dunia ini ".
Jadi, jalanilah hidup ini dengan selalu bersyukur walaupun itu sedikit karena pengaruh dari rasa bersyukur itu sangat besar dan nikmatilah hidup ini dengan sebaik-baiknya agar kelak di akhir nanti kita akan mendapatkan kebahagiaan yang kekal dari-Nya.
Maka dari itu, jika kita memiliki hati yang bersih dan suci maka pikiran kita pun akan bertindak secara baik dan tidak keluar dari batasnya. Karena hati adalah penggerak terbesar dalam tubuh kita. Jika kita ingin meraih kebahagiaan di dunia ini kita harus selalu bahagia dan mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Alloh Swt. Dosen saya pernah mengatakan bahwa : " Apabila kita ingin hidup bahagia di dunia, kita harus selalu bersyukur dan menikmati setiap kehidupan yang kita punya yang telah diberikan oleh Alloh maka kita pun akan merasa cepat sekali hidup di dunia ini ".
Jadi, jalanilah hidup ini dengan selalu bersyukur walaupun itu sedikit karena pengaruh dari rasa bersyukur itu sangat besar dan nikmatilah hidup ini dengan sebaik-baiknya agar kelak di akhir nanti kita akan mendapatkan kebahagiaan yang kekal dari-Nya.
Tuesday, February 4, 2014
Aku Ingin - Sapardi Joko Damono
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu
kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan
kepada hujan yang menjadikannya tiada
Sepotong Senja Untuk Pacarku
Alina tercinta,
Bersama surat ini kukirimkan padamu sepotong senja–dengan angin, debur ombak, matahari terbenam, dan cahaya keemasan. Apakah kamu menerimanya dalam keadaan lengkap?
Seperti setiap senja di setiap pantai, tentu ada juga burung-burung, pasir yang basah, siluet batu karang, dan barangkali juga perahu lewat di jauhan. Maaf, aku tidak sempat menelitinya satu persatu. Mestinya ada juga lokan, batu yang berwarna-warni, dan bias cahaya cemerlang yang berkeretap pada buih yang bagaikan impian selalu saja membuat aku mengangankan segala hal yang paling mungkin kulakukan bersamamu meski aku tahu semua itu akan tetap tinggal sebagai kemungkinan yang entah kapan menjadi kenyataan.
Kukirimkan sepotong senja ini untukmu Alina, dalam amplop yang tertutup rapat, dari jauh, karena aku ingin memberikan sesuatu yang lebih dari sekedar kata-kata.
Sudah terlalu banyak kata di dunia ini Alina, dan kata-kata, ternyata, tidak mengubah apa-apa. Aku tidak akan menambah kata-kata yang sudah tak terhitung jumlahnya dalam sejarah kebudayaan manusia Alina.
Untuk apa? Kata-kata tidak ada gunanya dan selalu sia-sia. Lagi pula siapakah yang masih sudi mendengarnya? Di dunia ini semua orang sibuk berkata-kata tanpa peduli apakah ada orang lain yang mendengarnya. Bahkan mereka juga tidak peduli dengan kata-katanya sendiri. Sebuah dunia yang sudah kelebihan kata-kata tanpa makna. Kata-kata sudah luber dan tidak dibutuhkan lagi. Setiap kata bisa diganti artinya. Setiap arti bisa diubah maknanya. Itulah dunia kita Alina.
Kukirimkan sepotong senja untukmu Alina, bukan kata-kata cinta. Kukirimkan padamu sepotong senja yang lembut dengan langit kemerah-merahan yang nyata dan betul-betul ada dalam keadaan yang sama seperti ketika aku mengambilnya saat matahari hampir tenggelam ke balik cakrawala.
Alina yang manis, Alina yang sendu, Akan kuceritakan padamu bagaimana aku mendapatkan senja itu untukmu.
Sore itu aku duduk seorang diri di tepi pantai, memandang dunia yang terdiri dari waktu. Memandang bagaimana ruang dan waktu bersekutu, menjelmakan alam itu untuk mataku. Di tepi pantai, di tepi bumi, semesta adalah sapuan warna keemasan dan lautan adalah cairan logam meski buih pada debur ombak yang menghempas itu tetap saja putih seperti kapas dan langit tetap saja ungu dan angin tetap saja lembab dan basah, dan pasir tetap saja hangat ketika kuusapkan kakiku ke dalamnya.
Kemudian tiba-tiba senja dan cahaya gemetar.
Keindahan berkutat melawan waktu dan aku tiba-tiba teringat padamu.
“barangkali senja ini bagus untukmu,” pikirku. Maka kupotong senja itu sebelum terlambat, kukerat pada empat sisi lantas kumasukkan ke dalam saku. Dengan begitu keindahan itu bisa abadi dan aku bisa memberikannya padamu.
Setelah itu aku berjalan pulang dengan perasaan senang. Aku tahu kamu akan menyukainya karena kamu tahu itulah senja yang selalu kamu bayangkan untuk kita. Aku tahu kamu selalu membayangkan hari libur yang panjang, perjalanan yang jauh, dan barangkali sepasang kursi malas pada sepotong senja di sebuah pantai di mana kita akan bercakap-cakap sembari memandang langit sambil berangan-angan sambil bertanya-tanya apakah semua ini memang benar-benar telah terjadi. Kini senja itu bisa kamu bawa ke mana-mana.
Ketika aku meninggalkan pantai itu, kulihat orang-orang datang berbondong-bondong, ternyata mereka menjadi gempar karena senja telah hilang. Kulihat cakrawala itu berlubang sebesar kartu pos.
Alina sayang,
Semua itu telah terjadi dan kejadiannya akan tetap seperti itu. Aku telah sampai ke mobil ketika di antara kerumunan itu kulihat seseorang menunjuk-nunjuk ke arahku.
“Dia yang mengambil senja itu! Saya lihat dia mengambil senja itu!”
Kulihat orang-orang itu melangkah ke arahku. Melihat gelagat itu aku segera masuk mobil dan tancap gas.
“Catat nomernya! Catat nomernya!”
Aku melejit ke jalan raya. Kukebut mobilku tanpa perasaan panik. Aku sudah berniat memberikan senja itu untukmu dan hanya untukmu saja Alina. Tak seorang pun boleh mengambilnya dariku. Cahaya senja yang keemasan itu berbinar-binar di dalam saku. Aku merasa cemas karena meskipun kaca mobilku gelap tapi cahaya senja tentu cukup terang dilihat dari luar. Dan ternyata cahaya senja itu memang menembus segenap cahaya dalam mobilku,sehingga mobilku itu meluncur dengan nyala cemerlang ke aspal maupun ke angkasa.
Dari radio yang kusetel aku tahu, berita tentang hilangnya senja telah tersebar ke mana-mana. Dari televisi dalam mobil bahkan kulihat potretku sudah terpampang. Aduh. Baru hilang satu senja saja sudah paniknya seperti itu. Apa tidak bisa menunggu sampai besok? Bagaimana kalau setiap orang mengambil senja untuk pacarnya masing-masing? Barangkali memang sudah waktunya dibuat senja tiruan yang bisa dijual di toko-toko,dikemas dalam kantong plastik dan dijual di kaki lima. Sudah waktunya senja diproduksi besar-besaran supaya bisa dijual anak-anak pedagang asongan di perempatan jalan.
“Senja! Senja! Cuma seribu tiga!”
Di jalan tol mobilku melaju masuk kota.Aku harus hati-hati karena semua orang mencariku. Sirene mobil polisi meraung-raung di mana-mana. Cahaya kota yang tetap gemilang tanpa senja membuat cahaya keemasan dari dalam mobilku tidak terlalu kentara. Lagi pula di kota, tidak semua orang peduli apakah senja hilang atau tidak. Di kota kehidupan berjalan tanpa waktu, tidak peduli pagi siang sore atau malam. Jadi tidak pernah penting senja itu ada atau hilang. Senja cuma penting untuk turis yang suka memotret matahari terbenam. Boleh jadi hanya demi alasan itulah senja yang kubawa ini dicari-cari polisi.
Sirene polisi mendekat dari belakang. Dengan pengeras suara polisi itu memberi peringatan.
“Pengemudi mobil Porsche abu-abu metalik nomor SG 19658 A, harap berhenti. Ini Polisi. Anda ditahan karena dituduh telah membawa senja. Meskipun tak ada aturan yang melarangnya, tapi berdasarkan…”
Aku tidak sudi mendengarnya lebih lama lagi. Jadi kubilas dia sampai terpental keluar pagar tepi jalan. Kutancap gas dan menyelip-nyelip dengan lincah di jalanan. Dalam waktu singkat kota sudah penuh raungan sirene polisi. Terjadi kejar-kejaran yang seru.Tapi aku lebih tahu seluk-beluk kota, jalanan dengan cahaya yang bernmain warna, gang-gang gelap yang tak pernah tercatat dalam buku alamat, lorong-lorong rahasia yang hanya diperuntukkan bagi orang-orang di bawah tanah.
Satu mobil terlempar di jalan layang, satu mobil lain tersesat di sebuah kampung, dan satu mobil lagi terguling-guling menabrak truk dan meledak lantas terbakar.Masih ada dua polisi bersepeda motor mengejarku. Ini soal kecil. Mereka tak pernah bisa mendahuluiku, dan setelah kejar-kejaran beberapa lama, mereka kehabisan bensin dan pengendaranya cuma bisa memaki-maki. Kulihat senja dalam saku bajuku. Masih utuh. Angin berdesir. Langit semburat ungu. Debur ombak menghempas ke pantai. Hanya padamulah senja ini kuserahkan Alina.
Tapi Alina, polisi ternyata tidak sekonyol yang kusangka. Di segenap sudut kotak mereka telah siap siaga. Bahkan aku tak bisa membeli makanan untuk mengisi perutku. Bahkan di langit tanpa senja, helikopter mereka menyorotkan lampu di setiap celah gedung bertingkat. Aku tersudut dan akhirnya nyaris tertangkap. Kalau saja tidak ada gorong-gorong yang terbuka.
Mobilku sudah kutinggal ketika memasuki daerah kumuh itu. Aku berlari di antara gudang, rumah tua,tiang serta temali. Terjatuh di atas sampah, merayapi tangga-tangga reyot, sampai seorang gelandangan menuntunku ke suatu tempat yang tak akan pernah kulupakan dalam hidupku.
“Masuklah,” katanya tenang, “disitu kamu aman.
Ia menunjuk gorong-gorong yang terbuka itu. Ada tikus keluar dari sana. Banya bacin dan pesing. Kutengok ke bawah. Kulihat kelelawar bergantungan. Aku ragu-ragu.Namun deru helikopter dengan lampu sorotnya yang mencari-cari itu melenyapkan keraguanku.
“Masuklah, kamu tidak punya pilihan lain.”
Dan gelandangan itu mendorongku. Aku terjerembab jatuh. Bau busuknya bukan main. Gorong-gorong itu segera tertutup dan kudengar gelandangan itu merebahkan diri di atasnya. Lampu sorot helikopter menembus celah gorong-gorong tapi tak cukup untuk melihatku. Kurabah senja dalam kantongku, cahayanya yang merah keemas-emasan membuat aku bisa melihat dalam kegelapan. Aku melangkah dalam gorong-gorong yang rupanya cukup tinggi juga. Kusibukkan kelelawar bergantungan yang entah mati entah hidup itu. Kulihat cahaya putih di ujung gorong-gorong. Air busuk mengalir setinggi lutut, namun makin ke dalam makin surut. Di tempat yang kering kulihat anak-anak gelandangan duduk-duduk maupun tidur-tiduran, mereka berserakan memeluk rebana dengan mata yang tidak memancarkan kebahagian.
Aku berjalan terus melangkahi mereka dan coba bertahan. Betapa pun ini lebih baik daripada harus menyerahkan senja Alina.
Di ujung gorong-gorong,di temapt cahaya putih itu, ada tangga menurun ke bawah. Kuikuti tangga itu. Cahaya semakin terang dan semakin benderang. Astaga. Kamu boleh tidak percaya Alina, tapi kamu akan terus membacanya. Tangga itu menuju ke mulut sebuah gua, dan tahukah kamu ketika aku keluar dari gua itu aku ada di mana? Di tempat persisi sama dengan tempat di mana aku mengambil senja itu untukmu Alina. Sebuah pantai dengan senja yang bagus:ombak,angin,dan kepak burung?tak lupa cahaya keemasan dan bias ungu pada mega-mega yang berarak bagaikan aliran mimpi. Cuma saja tidak ada lubang sebesar kartu pos. Jadi, meskipun persis sama,tapi bukan tempat yang sama.
Aku berjalan ke tepi pantai. Tenggelam dalam guyuran alam yang perawan. Nyiur tentu saja, matahari, dan dasat lautan yang bening dengan lidah ombak yang berdesis-desis. Tak ada cottage , tak ada barbeque, tak ada marina.
“semua itu memang tidak perlu. Senja yang bergetar melawan takdir membiaskan cahaya keemasan ke tepi semesta. Aku sering malu sendiri melihat semua itu. Alina, apakah semua itu mungkin diterjemahkan dalam bahasa?”
Sambil duduk di tepi pantai aku berpikir-pikir, untuk apakah semua ini kalau tidak ada yang menyaksikannya? Setelah berjalan ke sana ke mari aku tahu kalau dunia dalam gorong-gorong ini kosong melompong. Tak ada manusia, tak ada tikus, apalagi dinosaurus. Hanya burung yang terkepak, tapi ia sepertinya bukan burung yang bertelur dan membuat sarang. Ia hanya burung yang dihadirkan sebagai ilustrasi senja. Ia hanya burung berkepak dan berkepak terus disana. Aku tak habis pikir Alina, alam seperti ini dibuat untu apa? Untuk apa senja yang bisa membuat seseorang ingin jatuh cinta itu jika tak ada seekor dinosaurus pun menikmatinya? Sementara di atas sana orang-orang ribut kehilangan senja….
Jadi, begitulah Alina, kuambil juga senja itu. Kukerat dengan pisau Swiss yang selalu kubawa, pada empat sisinya, sehingga pada cakrawala itu terbentuk lubang sebesar kartu pos. Dengan dua senja di saku kiri dan kanan aku melangkah pulang. Bumi berhenti beredar di belakangku, menjadi kegelapan yang basah dan bacin. Aku mendaki tangga kembali menuju gorong-gorong bumiku yang terkasih.
Sampai di atas, setelah melewati kalelawar bergantungan,anak-anak gelandangan berkaparan, dan air setinggi lutut, kulihat polisi-polisi helikopter sudah pergi. Gelandangan yang menolongku sedang tiduran di bawah tiang listrik sambil meniup saksofon.
Aku berjalan mencari mobilku. Masih terparkir dengan baik di supermarket. Nampaknya bahkan baru saja dicuci. Sambil mengunyah pizza segera kukebut mobilku menuju pantai. Dengan dua senja di saku kiri dan kanan, lengkap dengan matahari,laut,pantai, dan cahaya keemasannya masing-masing, mobilku bagai memancarkan cahaya Ilhai. Sepanjang jalan layang, sepanjang jalan tol, kutancap gas dengan kecepatan penuh…
Alina kekasihku, pacarku, wanitaku.
Kamu pasti sudah tahu apa yang terjadi kemudian. Kupasang senja yang dari gorong-gorong pada lubang sebesar kartu pos itu dan ternyata pas. Lantas kukirimkan senja yang ?asli? ini untukmu, lewat pos.
Aku ingin mendapatkan apa yang kulihat pertama kali: senja dalam arti yang sebenarnya?bukan semacam senja yang ada di gorong-gorong itu.
Kini gorong-gorong itu betul-betul menjadi gelap Alina. Pada masa yang akan datang orang-orang tua akan bercerita pada cucunya tentang kenapa gorong-gorong menjadi gelap.Meraka akan berkisah bahwa sebenarnya ada alam lain di bawah gorong-gorong dengan matahari dan rembulannya sendiri, namun semua itu tida lagi karena seorang telah mengambil senja untuk menggantikan senja lain di atas bumi. Orang-orang tua itu juga akan bercerita bahwa senja yang asli telah dipotong dan diberikan oleh seseorang kepada pacarnya.
Alina yang manis, paling manis, dan akan selalu manis, Terimalah sepotong senja itu, hanya untukmu, dari seseorang yang ingin membahagiakanmu. Awas hati-hati dengan lautan dan matahari itu, salah-salah cahayanya membakar langit dan kalau tumpah airnya bisa membanjiri permukaan bumi.
Dengan ini kukirimkan pula kerinduanku padamu, dengan cium, peluk, dan bisikan terhangat, dari sebuah tempat yang paling sunyi di dunia.
–Cerpen Pilihan Kompas 1993
Sinopsis Seribu Kunang-Kunang di Manhattan
Judul buku : Seribu Kunang-Kunang di Manhattan
Pengarang : Umar Kayam
Tahun Terbit : Cetakan pertama, tahun 1972
Tebal Halaman : 64 halaman
Penerbit : Pustaka Jaya
Pengarang : Umar Kayam
Tahun Terbit : Cetakan pertama, tahun 1972
Tebal Halaman : 64 halaman
Penerbit : Pustaka Jaya
Berikut ini
adalah sinopsis dari masing-masing cerita pendek :
*Seribu Kunang-Kunang di Manhattan*
Diceritakan ada sebuah sepasang orang yang bernama Jane dan Marno. Mereka sedang duduk bermalas-malasan di sofa. Marno dengan segelas scotch dan Jane dengan segelas martini.
Mereka sama-sama sedang memandang di luar jendela. Mereka berdebat
tentang warna bulan. Jane menganggap bulan itu berwarna ungu. Namun,
tidak dengan Marno. Tidak putus asa,
Jane tetap bersikeras untuk meyakinkan Marno. Marno berdiri, ke dapur
untuk mengambil air serta es ke dalam gelasnya. Setelah itu, ia kembali
ke sofa di samping Jane. Kepalanya terasa tidak enak. Jane ingat dengan Tommy, bekas suaminya
dahulu. Ia bertanya kepada Marno bagaimana Alaska. Kondisi dan hawa di
Alaska. Jane juga berkata bahwa Tommy sekarang ada di Alaska. Marno berdiri, berjalan menuju radio dan
memutar knopnya. Diputar-putarnya knop itu beberapa kali hingga
menghasilkan suara yang aneh. Potongan-potongan suara itu tak tentu
hingga seperti suara orang yang sedang tercekik-cekik. Kemudian
dimatikannya radio itu dan ia kembali ke sofa. Mereka kembali
membicarakan Tommy. Jane menganggap bahwa Tommy sedang ada di Alaska.
Jane tidak ingin Tommy kedinginan karena Alaska sangat dingin. Namun,
Marno memberitahu Jane bahwa belum tentu Tommy berada di Alaska
sekarang. Marno kembali memasang rokok lalu pergi
berdiri di dekat jendela. Langit bersih waktu itu, kecuali di sekitar
bulan. Beberapa awan menggerombol di sekitar bulan hingga cahaya bulan
jadi muram karenanya. Ditengokkannya kepalanya ke bawah dan satu
belantara pencakar langit tertidur di bawahnya. Sinar bulan yang lembut
itu membuat seakan-akan bangunan-bangunan itu tertidur di bawahnya.
Sinar bulan yang lembut itu membuat seakan-akan bangunan-bangunan itu
tertidur dalam kedinginan. Rasa senyap dan kosong tiba-tiba merangkak ke
dalam tubuhnya. Jane ingat beberapa tahun yang lalu ia pernah dikirimi oleh Tommy boneka Indian dari Oklahoma City yang ternyata ketika Jane bercerita kepada Marno, Marno sudah pernah mendengar cerita Jane.
Lampu-lampu berkelipan di belantara
pencakar langit yang kelihatan di jendela. Mengingatkan Marno pada
ratusan kunang-kunang yang biasanya suka bertabur di malam hari di sawah
embahnya, di desa.
Jane berkata kepada Marno bahwa ia dan Marno belum sempat berjalan-jalan ke Central Park Zoo.
Kemudian Jane ingat bahwa ia pernah berjalan-jalan ke sana dengan
Tommy. Ternyata cerita ini sudah pernah didengar Marno sebelumnya. Jane
merasa bahwa ia sangat membosankan. Lantaran, semua cerita yang
diceritakannya kepada Marno sudah pernah Marno dengar.
Jane mengajak Marno duduk di sofa di
dekatnya. Namun, nampaknya Marno tak mau. Ia sedang asik melihat ribuan
kunang-kunang. Jane penasaran dengan kunang-kunang, Marnopun menjelaskan
kepada Jane apa kunang-kunang itu. Marno tetap menghadap ke luar jendela.
Menatap ke satu arah. Tiba-tiba Jane bertanya kepada Marno, punyakah ia
dengan mainan kekasih. Jane berkata bahwa ia punya mainan kekasih. Ia
menamainnya Uncle Tom. Jane menggambarkan bahwa Uncle
Tom adalah boneka hitam yang sangat jelek rupanya. Namun, Jane tak akan
pernah bisa tidur bila ia tidak bersamanya. Jane berpisah dengan Uncle Tom pada saat di high school pada waktu bertemu dengan Tommy. Jane sangat ingin Uncle Tom berada di sampingnya lagi. Ternyata cerita tentang Uncle Tom sebelumnya belum pernah ia ceritakan kepada Marno. Jane merasa sangat senang sekali. Jane memberikan Marno sebuah piyama dengan ukuran medium – large. Setelah
diberikannya piyama itu, Marno berpamitan pulang kepada Jane dan
mencium dahi Jane. Menghilanglah Marno dari balik pintu.
*Istriku, Madame Schlitz dan Sang Raksasa*
Hingga saat aku menulis cerita ini,
istriku masih belum juga senang tinggal di New York. Dia selalu merasa
menjadi kekejaman New York. Menurut fantasinya, New York adalah salah
satu pemakan manusia. Raksasa ini entah karena kena penyakit apa, tidak
pernah merasa kenyang biarpun sudah memakan ribuan manusia. Aku tahu. Sebenarnya istriku merasa
sangat kesepian. Dalam tiga bulan pertama kami tinggal di apartemen
kami, dan tidak seorangpun dari tetangga yang kami kenal. Kami tinggal
di tingkat lima. Dia mulai kangen kesenian ngobrol sesama tetangga
seperti yang biasa dia lakukan di rumah kami, di Kebayoran. Suatu waktu,
istriku memintaku mencatatkan semua nama tetangga di tingkat ini. Tanpa
banyak berpikir, aku menurutinya. Kami membaca nama-nama itu satu demi
satu. Harry E Smith, John D. Anderson, L. Ambrose, D. Duffy, Madame
Schlitz. Menurut istriku, nama Madame Schlitz sangat menarik. Aku dan
istriku mencoba menerka-nerka dengan teori kami. Mengapa ada nama madame
di depan dan apakah sesungguhnya arti nama Madame Schlitz itu.
Entahlah.
Suatu sore, pulang dari kuliah, aku
melihat wajah istriku bersinar-sinar. Dia senang. Ternyata istriku
sedang kedatangan tamu. Tak lain adalah Madame Schlitz. Ia datang dengan
seekor anjing cihuahua. Istriku menyuruh Madame Schlitz masuk di ruang
tamu kami. Maklumlah, Madame Schlitz adalah tamu pertama di New York.
Istriku mengobrol banyak dengan Madame Schlitz. Madame Schlitz bercerita
ternyata almarhum suaminya dulu adalah orang Austria. Tapi Madame
Schlitz adalah orang Amerika tulen. Istriku bertanya lagi kepada Madame
Schlitz tentang almarhum suaminya. Istriku menganggap bahwa suami Madame
Schlitz seorang baron karena kata Schlitz sangat aristokratis buat
telinga istriku. Madame Schlitz menjawab suaminya bukanlah seorang baron
seperti yang diduga oleh istriku. Namun, suaminya adalah seorang
aristokratis dalam pengertiannya sendiri. Suami Madame Schlitz adalah
seorang chef restoran. Masakannya adalah masakan aristocrat. Suami
madame sudah meninggal sejak lima tahun yang lalu. Ternyata kedatangan
Madame Schlitz ke apartemen kami hanyalah untuk memintaku menjadi
pelatih yoga Madame Schlitz. Tentu istriku menjelaskan bahwa aku
bukanlah pelatih yoga seperti yang ia pikirkan. Istriku penasaran dengan Madame Schlitz.
Lalu ia pergi ke apartemen Madame Schlitz. Tentu saja dengan kedok
ingin meminjam gula. Terdengar dari luar Madame Schlitz sedang berbicara
dengan seseorang. Istriku bingung. Dengan siapa sebenarnya Madame
Schlitz berbicara. Siapakah Erich. Bukankah itu nama suaminya. Suara
Erich tidak terdengar. Hanya suara cihuahua yang kedengaran melengking.
Setelah istriku masuk ke dalam apartemen Madame Schlitz, ternyata
istriku tahu siapa Erich itu sekarang. Rupanya, semua yang dicintai oleh
Madame Schlitz bernama Erich. Anjing cihuahua itu diberi nama Erich
oleh madame. Dia juga berkata, bahkan jika Madame punya anak laki-laki,
akan ia beri nama Erich juga. Dilihatnya jam sudah menunjukkan pukul
hamper setengah dua belas siang. Itu tandanya anak kami segera bangun
dan minta makan.
Esok harinya, sore-sore pulang dari
kerja istriku muram saja wajahnya. Ternyata ia ketahui bahwa Madame
Schlitz sudah pindah dari apartemennya. Bukan itu yang dipikirkan
istriku, namun cara Madame Schlitz pindah begitu misterius. Tiga hari
yang lalu, Senor Ramirez mendapat telepon dari kantor James Felt &
Co, kantor yang mengurus gedung tempat apartemen kami tinggal. Telpon
itu memberitahu Ramirez bahwa Madame Schlitz tidak akan kembali lagi ke
apartemennya. Ramirez melanjutkan bahwa suami dari Madame Schlitz
memberinya surat bahwa isinya karena hal yang mendesak memaksa Madame
Schlitz harus tiba-tiba pindah dari apartemennya. Tetapi istriku
berteriak, bagaimana mungkin suami Madame Schlitz mengirimkan surat.
padahal Madame Schlitz bercerita bahwa suaminya meninggal sekitar lima
tahun yang lalu. Ramirez melanjutkan Madame Schlitz bisa bercerita apa
saja kepada istriku, dia juga bisa melakukan apa saja serta menulis
namanya dengan Madame Schlitz. Istriku tentu sangat kecewa mendengar
penjelasan dari Ramirez.
Kesimpulannya adalah kami, bahkan
istriku tidak akan bisa tahu pasti dimana Madame Schlitz dan apakah
Erich suaminya sudah meninggal. Tiba-tiba istriku berkata bahwa sang
raksasa telah menelan Madame Schlitz. Dengan serius istriku menatapku.
Aku melihat ke luar jendela. Ribuan pencakar langit kelihatan seperti
gunduk-gunduk bukit yang hitam, kaku, gerang.
*Sybil*
Sybil adalah seorang anak perempuan
berumur lima belas tahun. Ia hanya tinggal di sebuah apartemen bersama
ibunya. Jam menunjukkan pukul setengah Sembilan. Ibu Syibil
berteriak-teriak minta dibikinkan kopi. Ibu Syibil marah-marah kepadanya
lantaran kopi di dapur sudah habis. Beberapa percakapan antara ibu dan
anak ini terjadi. Ibu Syibil menuduhnya telah meminum whisky milik
ibundanya. Syibil hanya mengaku menjilatnya sedikit. Karena geram
melihat tingkah Syibil, ibunya bertanya kenapa ia meminum whisky
ibunya. Ternyata Syibil telah diejek oleh Chip Henderson, temannya.
Syibil dianggap penakut jika tidak meminumnya. Kembali ibu Syibil marah
kepadanya. Cerutunya hilang. Syibil mengaku ternyata cerutu itu
dipakainya bersama teman-temannya. Ibu Syibil berhenti memarahinya.
Lantaran ia harus cepat-cepat berangkat bekerja. Diberikannya uang satu
dollar kepada Syibil untuk jajan dan makan siang. Juga ibu Syibil
meminta Syibil agar tidak mengulangi perbuatannya lagi seperti minum whisky dan menghisap cerutu lagi.
Udara di New York sangat panas hingga
mencapai 90 derajat F. Syibil kepanasan di dapur. Buru-buru
dihabiskannya mata sapid an diteguknya susu dari gelas. Syibil berjalan
keluar apartemennya. Nyonya Jhonson melambai-lambaikan tangannya kea rah
Syibil. Member isyarat agar Syibil mau mampir ke rumahnya. Nyonya
Jhonson meminta bantuan Syibil. Ia mau menitipkan Susan, anaknya sampai
nanti sore. Nyonya Jhonson juga berpesan agar Syibil mau mengajak Susan
kemanapun Syibil mau. Diberikannya uang satu dollar untuk Syibil dan
Susan makan. Tiga dollar untuk Syibil yang menjaga Susan. Syibil
memasukkan uangnya ke dalam sakunya. Nyonya Jhonson berpesan agar
memulangkan Susan jam tiga sampai jam empat. Keluarlah Susan, anak
perempuan berumur enam tahun. Dititipkannya Susan kepada Syibil.
Syibil akan mengajak Susan pergi jauh.
Entah kemana. Karena Syibil berkata kepada Susan jikalau hendak pergi
jauh, Susan harus mengajak Mr. Todd. Mr. Todd adalah anjing-anjingan
milik Susan. Sambil kegirangan, Susan masuk ke dalam kamarnya sambil
membawa Mr. Todd. Mereka berdua menaiki bis. Susan meminta dibelikan
lolly. Syibil menurutinya dan membelikan Susan lolly. Di tengah
perjalanan, Susan melihat supermarket, rumah-rumah, restoran, warung
candy, pizza, hamburger, hot dog, dll. Susan merengek meminta dibelikan
hamburger. Namun Syibil menolaknya. Tentu saja karena mereka berdua
sedang berada di bis. Syibil merayu Susan agar membeli hamburgernya
ketika mereka sudah sampai di park dekat pantai. Syibil melanjutkan
banyak makanan yang ada di sana. Susanpun menurut.
Bis berhenti di dekat park itu. Susan
turun dan masuk ke dalam cafeteria itu. Mereka membeli hamburger dan
memakannya di dekat pantai. Susan sangat kegirangan. Mereka berbincang
tentang banyak hal. Mulai dari Manhattan, Empire State Building, New
York, dll. Sampai suatu pertanyaan melintas di bibir Susan yang
menanyakan ayah Syibil. Meski ayah Syibil tidak tinggal bersamanya,
namun Syibil menjelaskan kepada Susan bahwa ia punya bapak dan bapaknya
bekerja mulai pagi sampai larut malam. Setelah perbincangan itu,
tiba-tiba Syibil teringat dengan Harry Robertson yang menghisap cerutu
tidur di kamar ibunya. Tiba-tiba perasaan aneh menyelimuti Syibil di
dadanya.
Kembali, Susan merengek minta dibelikan
hamburger dengan irisan bawang yang besar. Syibil memandang wajah Susan
lama-lama sambil tersenyum aneh. Susan minta dibelikan hamburger. Dalam
hati Syibil berkata ‘setan kecil’. Syibil mengatakan akan mengajak Susan
bermain rampok-rampokan. Syibil menjadi perampoknya sedangkan Susan
akan diikat tangan dan kakinya serta matanya akan ditutup dengan sapu
tangan. Begitu juga dengan mulutnya. Meski Susan awalnya sempat protes,
namun Syibil menjelaskan agar permainan ini terkesan lebih seru dan
Syibil bejanji akan memberikan hamburger untuk menolongnya. Jam sudah
menunjukkan pukul dua siang dan Susan tidak kuasa lagi untuk bilang
‘help’.
Dengan segelas susu Syibil melihat TV di
kamarnya. Jam berdenting tiga kali. Hari mulai terasa panas. Terlihat
ibu Syibil pulang bersama Mr. Harry Robertson. Syibil bertanya kepada
Mr. Harry apakah ia akan tidur siang di rumahnya lagi. Tak ada jawaban,
ibunya menyuruh Syibil untuk menonton The Curse of the Werewolf. Diberikannya uang satu dollar dan pergilah Syibil keluar apartemennya.
Jam berdentang empat kali. Terdengar
telepon bordering. Setelah mendengar suara telepon, ibu Syibil berteriak
dan matanya membelalak. Seperti melihat hantu menempel di rumah mereka
dan seluruh apartemen seakan-akan bergetar karena teriakan Ibu Syibil.
Ibu Syibil telah mengetahui apa yang
sebenarnya diperbuat oleh Syibil. Syibil meninggalkan Susan sendirian
dengan keadaan diikat tangan dan kakinya serta matanya ditutup dengan
sapu tangan. Begitu juga dengan mulutnya. Syibil meninggalkannya
sendirian di park itu.
*Secangkir Kopi dan Sepotong Donat*
Secangkir kopi, sepotong donat, New York
Times, dan Oklahoma lirih-lirih keluar dari radio. Sebentar kemudian,
jam berdenting sepuluh kali dan satu pagi yang sempurna di New York
dalam ‘Fluffy Donuts-Coffe House’. Akan tidak beautiful lagi karena jam
minta kopi, orang minta kopi, dan orang minta kopi terus. Sesudah itu,
hari bukan lagi pagi dan Fluffy Donut bukan lagi satu warung kopi.
Banyak orang mulai berdatangan. Jam
sepuluh lebih seperempat. Semua tempat sudah mulai penuh asap mengepul,
memenuhi udara, di sana-sini berbentuk lobang-lobang. Uap kopi, wangi
donat, cruller dan jelly-cake membelai hidung. Peggy, si
pelayan mulai menuang kopi, menjambar donat, menakan mesin hitung,
mengangkat telepon, Peggy dimana-mana.
Terlihat seorang pemuda melihat Peggy
berambut pirang, dipotong crew-cut, matanya berbintik coklat. Matanya
yang satu tidak berkedip. Hidungnya mancung tapi melengkung. Peggy
datang menghampiri pemuda itu. Memberikan sepotong jelly-cake dan
secangkir kopi. Kemudian Peggy pergi lagi. Si pemuda buru-buru mengambil
sehelai serbet dan menuliskan sesuatu diatasnya.
Tiba-tiba seseorang berteriak meminta
kopi. Saat Peggy mengantarkan kopi itu, dilihatnya kertas yang
diacungkan pemuda itu. Dengan cepat, diambilnya kertas itu dan dibawanya
ke mesin hitung. Peggy mencoret sesuatu tapi sebentar saja. Seseorang
meminta kopi lagi dan donat macaroon kepada Peggy. Dengan cepat,
dijatuhkannya kertas itu dimuka si pemuda. Dengan gemetar, pemuda itu
menjawab dan menulis lagi di bawah jawaban Peggy. Begitu dan seterusnya
Peggy dan sang pemuda itu menulis dan saling membalas.
Tiba-tiba di tengah tempat yang padat
itu, serta dipenuhi orang yang keluar masuk, terdengar suara yang
memanggil Peggy dengan “Peggy.. Peggy..merpatiku”. semua yang ada di
tempat itu menoleh ke arah orang yang mempunyai suara itu. Peggy yang
sebelumnya sedang menuangkan kopi, sontak ia langsung kaget mendengar
suara itu. Tak hanya Peggy saja, tetapi semua orang. Ternyata pemilik
suara itu adalah Jim. Semua orang yang ada di tempat itu, tampaknya
sangat ingin mendengarkan percakapan antara Jim dan Peggy. Termasuk si
pemuda itu. Jim meminta Peggy membawakannya air es. Tiba-tiba Jim
berpidato bahwa hari ini adalah hari penting. ia bertanya kenapa Amerika
makin merosot sebagai negara besar? Karena rakyatnya sudah tidak tahu
menjawab kenapa minum kopi disaat jam ngopi. Tidak tahu menjawab kenapa
orang Cuma bisa beli hot dog karena orang dikiranya mengunyah hot dog.
Orang memamah hamburger karena orang dikanannya memamah hamburger.
Kata-kata Jim mulai tidak terarah dan tidak bisa terdengar telinga.
Suaranya yang terbatah-batah membuat susah telinga menangkap sebenarnya
apa yang ia bicarakan. Semua orang diam dan memandang Jim. Jim
tiba-tiba berkata kepada temannya, Bob, dan Tedd. Mereka dimintai tolong
Jim kepada Mc Leod karena tidak enak badan. Teman Jim setuju. Sesaat
setelahnya, Jim meninggalkan Fluffy-Donut.
Orang-orang membicarakan Jim. Kenapa dia
dan seterusnya. Peggy mengelap meja bekas Jim. Semua keadaan menjadi
normal. Fluffy-Donut hidup kembali. Begitupun dengan si pemuda. Pemuda
itu kembali menyurati Peggy dan menulis dengan kata yang sama seperti
surat pertamanya. Ia menanyakan pada Peggy kenapa ia tidak datang. Tanpa
membalas surat pemuda itu, Peggy menghadap ke pemuda itu sambil
menjawab surat pemuda itu. Peggy berkata bahwa semalam Bapaknya mabuk
dan ibunya dipukuli. Sebelumnya mereka telah sepakat bahwa setelah Peggy
menjawab surat pemuda itu, pemuda itu akan meninggalkan Fluffy-Donut.
Pemuda itu memandang wajah Peggy sangat lama sebelum akhirnya
meninggalkan tempat itu. Pemuda itu menulis beberapa surat lagi yang
kebanyakan berisi sorry..sorry.
Fluffy-Donut jadi sepi karena sebagian
pelanggannya sudah pada bekerja kembali. Peggy mulai menyingkirkan
cangkir-cangkir kopi dan membersihkan meja. Surat dari pemuda itu
dibacanya dan dimasukkan ke dalam sakunya. Di belakang mesin hitung
Peggy mengeluarkan surat itu sambil menciuminya. Pipinya memerah. Ia
tersenyum sendiri membaca surat dari pemuda itu. Kemudian di depan kaca
warung itu Peggy mengaca dirinya, membenarkan rambutnya, lalu
digambarkannya bentuk jantung yang besar serta terdapat panah yang
membatasi antara tengah-tengah jantung yang digambarnya dengan
menggunakan lipstik. Dipandanginya lama-lama gambar itu serta secara
perlahan ia meninggalkan warung itu dalam keadaan kosong.
*Chief Sitting Bull*
Pagi itu tidak banyak orang yang bertengger di sekitar Caraousel Central Park.
Hanya ada beberapa orang anak yang terlihat sedang menaiki
kuda-kudaannya. Di bangku-bangku sekitar caraousel, terlihat ibu-ibu
sedang mengobrol sembari menunggu anaknya yang tengah bermain.
Dari arah kebun binatang terlihat
seorang kakek berlari tergopoh-gopoh. Saat sampai dimuka loket,
diberikannya uang lima puluh sen kepada perempuan yang menjual karcis.
Kakek yang ternyata bernama Charlie ini menunggang sebuah kuda-kudaan
untuk naik lima kali putaran. Perempuan itu berkata bahwa Charlie hari
ini sedikit terlambat. Alhasil, perempuan itupun berkata lagi bahwa kuda
putih dan kuda hitam yang biasa ditunggangi oleh Charlie sedang dinaiki
oleh seorang bocah laki-laki yang ternyata bocah laki-laki itu baru
akan selesai ketika enam kali putaran. Kakek itupun memberitahu kepada
perempuan bahwa semua ini salah menantunya, Mary. Mary lupa menaruh
jatah uang satu dollar kakek dan kakek itu hanya makan sandwich untuk lunch di meja dan dengan terpaksa kakek itu menunggu menantunya datang dari laundromat. Kakekpun memarahi menantunya.
Charlie mendekati anak yang menunggang
kuda putih. Kakek menyapa anak itu dengan ‘Howdy Bill’. Dengan terkejut,
anak itupun berkata bahwa namanya bukan Bill. Kakek kemudian berkata
bahwa bukankah kau Buffalo Bill? Bill Cody?. Si anak tertawa dan
ternyata benar ia adalah Bill Cody. Si anak kemudian menanyakan siapakah
kakek itu sebenarnya. Kakek menjawab bahwa ia adalah Chief Sitting
Bull. Kakek menggunakan segala cara untuk memperdaya anak itu agar tidak
menaiki kudanya. Sang kakek berhasil memperdaya si anak dengan
cerita-ceritanya. Akhirnya si anak turun dan kakek buru-buru menaiki
kudanya sambil tertawa terkekeh-kekeh. Setelah enam kali putaran itu,
akhirnya si anak dan kakek keluar. Tampak seorang ibu sedang memanggil
si anak tadi yang diketahui bernama Tommy. Tommy ingin ikut dengan si
kakek, akan tetapi ibunya melarang lantaran hari sudah menunjukkan jam
makan siang.
Di kebun binatang, Charlie duduk di
bangku. Di sampingnya nampak seorang nenek yang sebaya dengan Charlie.
Nenek itu bernama Martha. Nenek Martha berkata kepada Charlie bahwa ia
sangat lambat hari ini. Burung-burung sudah menunggu Charlie untuk
diberi makan. Charlie bercerita kepada Martha tentang apa yang sedaang
terjadi pagi tadi akibat menantunya, Mary. Charlie menganggap
menantu-menantu itu tidak tahu terima kasih. Sementara itu, terlihat
sekelompok burung dara yang menggerombol minta makan. Beberapa burung
bertengger di kedua bahu Charlie. Burung-burung itu pada berebut meminta
makanan yang ada ditangan Charlie. Seekor dara putih datang bertengger
di bahu Charlie dan dengan galaknya memaruh kawan-kawannya yang ada di
bahu. Habislah mereka terbang, tinggal seorang dara putih yang ada di
bahu Charlie. Mereka berdua yakni Charlie dan Martha memberi nama dara
putih itu dengan nama si tamak. Persediaan makanan yang dibawa Charlie
lama-kelamaan habis. Burung dara itu mulai beterbangan mencari makanan
yang lain. Tinggallah sang kakek-nenek yang duduk manis di bangku sambil
membicarakan lunch yang mereka bawa masing-masing. Si kakek
membawa sandwich-salad-ikan-tongkol sedangkan sang nenek membawa
sandwich-salad-daging-kalkun. Mereka sepakat akan membagi makanan
menjadi dua untuk masing-masing karena mereka sudah lama tidak memakan
makanan apa yang telah mereka bawa. Mereka bertukar makanan dan
membaginya menjadi setengah-setengah. Waktu menunjukkan sudah hampir jam
setengah tiga siang. Mereka haerus pulang dan berjanji untuk esok
ketemu lagi bersama-sama memberi makan burung dara.
Hawa terasa sangat panas ketika Charlie
masuk ke dalam rumah. Mary ada di rumah dan membukakan pintu. Charlie
memasuki dapur menemui Mary. Mary memberikan Charlie sebuah semangka dan
segelas beer. Mary bertanya dengan Charlie dari mana sajakah ia
seharian ini. Charlie menjawab pertanyaan Mary. Setelah itu mereka
berdua membicarakan tentang politik. Charlie berbicara tentang Presiden
Eisenhower yang akan perang dengan Stalin hari-hari ini. Mary berkata
bahwa sesungguhnya Presiden Eisenhower bukanlah lagi presiden dan Stalin
sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Kakek itu keras kepala dan
mengatakan bahwa Mary sesungguhnya tidak tahu apa-apa. Ia juga
mengatakan bahwa Mary hanyalah anak ingusan yang tidak mengerti tentang
politik. Charlie melanjutkan bahwa ia setiap hari melihat dunia. Tidak
seperti kau (Mary) yang hanya bisa pergi ke laundromat dan supermarket
tiap hari. Dengan sabar, Mary mengangguk-anggukan kepala tanda setuju
dengan pendapat si kakek. Dia juga meminta maaf dan melanjutkan
berbincang tentang politik dengan kakek tua itu. Saat semangka itu sudah
habis, Charlie langsung bergegas menuju kamarnya dan tidak lupa ia
berpesan agar dibangunkan lima menit sebelum Amos dan Andy tampil di
televisi. Pintu kamar ditutup dan satu siang yang panjang telah berlalu
buat Charlie.
*There Goes Tatum*
Hujan mulai turun rintik-rintik. Mendung
tebal dan kelabu menyeringai menakut-nakuti orang yang sedang berjalan.
Karena di New York jarang sekali gerimis rintik-rintik yang berubah
menjadi hujan yang lebat. Riverside tampak lengang ditinggalkan. Di
Riverside Drive hanya Nampak sekali dua mobil dan bus lewat. Keadaan
begitu mulai menggembirakan hatiku. Jarang sekali tercium bau tanah yang
mulai dibasahi air hujan kucium di New York. Terlihat tupai melompat
dari pohon satu ke pohon yang lain. Tiba-tiba muncullah seorang negro
dihadapanku. Karena tiba-tiba dan suaranya itu betul-betul sangat
mengagetkanku. Badannya tegap, gagah dan tinggi. Tangannya diulurkan dan
sambil tersenyum dia berkata ‘Fifty cents, mitsuh’. Aku tersenyu. Aku
sengaja mencoba-coba memancing dia sebelum memberikan uang setengah
dollar itu kepadanya. Dengan sedikit perbincangan diantara kami berdua,
setidaknya mengulur-ulur waktu untuk memberikan uangku kepadanya. Aku
menawarkannya bekerja. Dengan tidak mengemis seperti ini. ia menolaknya.
Tiba-tiba dari arah 116 th street terdengar jerit perempuan
yang meminta pertolongan. Jantungku berdebar sangat cepat. Saat aku
menengok kea rah suara itu, aku melihat seorang negro berlari cepat
sekali menjinjing tas perempuan menyebrang di Riverside Drive, masuk
park terus turun dengan kecepatan yang luar biasa ke park bawah dan
menghilanglah dia dengan sangat cepat.
Tidak seorangpun muncul dan kesepian
kembali seperti semula. Ternyata seorang pengemis negro mengenali siapa
orang yang merampok itu. Namanya There Goes Tatum. Pengemis negro itu
melanjutkan ternyata perampok itu adalah temannya dan tinggalnya
berdekatan dengan si pengemis. Si pengemis melanjutkan bahwa ia tinggal
di Madison Avenue sedangkan perampok tadi tinggal di Park Avenue.
Kemudian kurogoh saku celanaku. Kuberikannya uang kepada pengemis itu.
Aku lari tergopoh namun sebuah tangan yang kuat menahanku. Ternyata si
pengemis tadi. Ketika aku berkata bahwa aku buru-buru ingin pergi
kuliah, pengemis tadi berkata bahwa ia sangat menginginkan jam yang
kupakai. Jam buatan Swiss bermerek Titoni. Namun aku berkata bahwa
bukankah ada semacam kode bahwa sesama kulit berwarna dilarang merampok.
Pengemis itu berkata bahwa ia juga pernah mendengar kode semacam itu.
Kemudian aku berkata bahwa bukankah aku kulit berwarna juga. Ia tertawa.
Ia berkata bahwa aku bukanlah kulit berwarna. Ia mulai menerka-nerka
orang apakah aku. Aku berkata bahwa aku orang Indonesian. Bukan
indo-chinese. Ia juga berkata bahwa aku bukanlah orang berwarna seperti
ia. Jam Titoni pemberian ayahku ternyata harus berpisah denganku.
Rupanya, pengemis tadi bukan hanya seorang pengemis juga. Ia juga
ternyata berniat merampokku. Ia membawa pisau dan mencoba-coba ketajaman
pisaunya pada janggutnya. Ia menggertakku. Terpaksa setelah kuberikan
jam itu aku berlari menghitung-hitung kemungkinan sekuat tenaga berlari
kea rah 112 street lalu berlindung ke arah Colonial-House. Ke kamar
seorang teman. Setelah Jam Itoniku kuberikan padanya ia tersenyum dan
berkata terima kasih. Hujan mulai lebat. Mendung kelabu hitam. Aku tahu,
dia tidak hanya menggertak sambal kepadaku. Jikalau tidak kuberikan apa
yang ia mau, tak tahulah bagaimana yang akan terjadi denganku. Badanku
mulai basah kuyup.
Subscribe to:
Posts (Atom)